Awal Perjalanan
Sejak awal berkarier sebagai software engineer, saya memperhatikan sesuatu yang cukup umum: posisi team lead biasanya dipegang oleh mereka yang berlatar belakang seorang backend engineer. Mereka sering dianggap lebih memahami arsitektur, sistem, dan dianggap bisa mengambil keputusan teknis yang besar. Di sisi lain, frontend engineer sering dipandang hanya mengurusi interface, bukan di “jantung” sistemnya. Saya sendiri berasal dari sisi itu. Setelah satu dekade menjadi seorang frontend engineer, saya akhirnya sampai di posisi yang dulu jarang saya bayangkan: memimpin tim yang terdiri dari frontend dan backend.
Ketika kesempatan itu datang
Jujur, posisi itu datang begitu saja. Sekitar awal tahun 2023, atasan saya minta tolong untuk mengisi kekosongan team lead di team kami. Waktu itu saya masih menjadi seorang frontend, setiap hari berkutat dengan HTML, CSS, JavaScript, dan segala frontend things lainnya. Saya sempat ragu, tapi di sisi lain merasa ini kesempatan bagus untuk berkembang.
Posisi itu cukup merubah saya, dulu saya terbiasa berpikir dalam konteks komponen dan user interaction, tapi sekarang harus belajar hal-hal yang sebelumnya hampir tidak pernah saya sentuh: API design, sistem logging, deployment pipeline, dan backend things lainnya yang cukup asing buat saya. Minggu-minggu pertama rasanya seperti tamu di rumah orang, mengerti sebagian, belum sepenuhnya. Tapi dari situ saya mulai paham:
Menjadi seorang leader itu bukan soal tahu semua hal , tapi soal gimana bantu tim bergerak bersama menuju satu goals yang sama.
Mengenal Leadership
Seiring waktu saya mulai belajar apa itu leadership, saya ikuti beberapa course online untuk lebih memahami bagaimana menjadi seorang leader yang baik. Saya belajar untuk lebih banyak mendengar, mencoba memahami cara berpikir setiap orang di team yang mempunyai berbagai macam karakter, dan membantu mereka menemukan solusi tentang masalah yang dihadapinya. Fokus saya pun sudah mulai bergeser, dari yang dulu fokus pada “bagaimana menulis kode yang efisien” menjadi “bagaimana membuat tim bisa bekerja dengan efisien”.
Frontend Mindset dalam Leadership
Dengan basic frontend dan juga UI/UX, saya merasa ada beberapa keuntungan tersendiri. Seseorang yang terbiasa bekerja di area interface sering kali dituntut untuk memahami user behavior, begitupun dengan seorang leader. Seorang leader harus bisa membaca bagaimana karakter dan kebutuhan setiap anggota team-nya yang pasti berbeda-beda. Di frontend, kita terbiasa menjadi penghubung antara design, user dan system. Sekarang, saya tetap menjadi penghubung tapi bukan lagi komponen interface, melainkan orang-orang dengan latar belakang dan pola pikir yang berbeda.
Selama menjadi seorang team lead, saya belajar bahwa menjadi team lead berarti menyeimbangkan bahkan memikirkan banyak hal sekaligus. Di satu sisi, saya tetap bagian dari tim yang ikut menulis kode dan berdiskusi teknis. Tapi di sisi lain, saya juga harus fokus menjaga ritme team agar selalu berjalan dengan baik. Kadang juga saya harus turun langsung membantu menyelesaikan masalah yang ada, kadang cukup memberi kepercayaan kepada anggota team untuk menyelesaikan masalah.
Komunikasi, Kepercayaan, dan Pendekatan Personal
Dari situ saya belajar kunci menjadi seorang team lead adalah komunikasi dan kepercayaan. Kepercayaan dapat membuat team tumbuh dengan baik, sedangkan komunikasi sangat penting untuk menjaga agar team semakin solid. Selain dua hal itu pendekatan secara personal tidak kalah penting. Mengenal karakter, cara berpikir dan juga memotivasi. Membuat hubungan yang sehat dan terbuka baik secara vertikal ataupun horizontal.
Dinamika
Setelah hampir tiga tahun, menjadi seorang team lead tidak pernah benar-benar stabil. Ada masa di mana semuanya berjalan lancar seperti jalan tol baru, tapi ada juga saat-saat hari seperti jalanan blm ter-aspal, penuh lubang dan tanpa penerangan.
Tapi menurut saya justru itu tantanganya.
Menjadi leader bukan tentang selalu tahu jawabannya, tapi bagaimana saya terus belajar memahami orang dan juga situasi.
Dari seorang frontend engineer yang fokus pada tampilan, menjadi orang yang belajar melihat “sistem” dari sisi yang lebih luas, sistem yang berisi manusia, dengan motivasi, ritme, dan cara berpikir masing-masing. Leadership, buat saya, ternyata bukan soal posisi, tapi tentang keberanian untuk terus belajar sambil berjalan bersama team.
Sekarang kalo ditanya leader itu born or made?
Buat saya jelas, made!